Slogan

Pro :

Nusantara Jaya

Nusantara Jaya

Minggu, 26 September 2010

ADAT SUKU DAYAK KALIMANTAN

BUDAYA BANGSA :

Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.


ASAL MULA Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.
Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.
Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).
Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum)
Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam.
Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.
Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)
Dibawah ini ada beberapa adat istiadat bagi suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman Kalimantan.
  • Upacara Tiwah
Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.
Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).
  • Dunia Supranatural
Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.

Mangkok merah. Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.
Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu.
Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.
Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.
Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.
Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan “Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).

Sumber : http://www.swaberita.com/2008/05/19/nusantara/adat-istiadat-suku-dayak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAFSIR AL-QUR'AN

O.SurahMakkiyah / MadaniyahJumlah AyatRecitation
1.Al-Fatihah (Pembukaan)Makkiyah7
2.Al-Baqarah (Sapi Betina)Madaniyyah286
3.Ali Imran (Keluarga 'Imran)Madaniyyah200
4.An-Nisaa (Wanita)Madaniyyah176
5.Al-Maidah (Hidangan)Madaniyyah120
6.Al-An'am (Binatang Ternak)Makkiyah165
7.Al-A'raf (Tempat Tertinggi)Makkiyah206
8.Al-Anfaal (Rampasan Perang)Madaniyyah75
9.At-Taubah (Pengampunan)Madaniyyah129
10.Yunus (Yunus)Makkiyah109
11.Huud (Hud)Makkiyah123
12.Yusuf (Yusuf)Makkiyah111
13.Ar-Ra'd (Petir)Madaniyyah43
14.Ibrahim (Ibrahim)Makkiyah52
15.Al-Hijr (Al Hijr)Makkiyah99
16.An-Nahl (Lebah)Makkiyah128
17.Al-Israa' (Memperjalankan di Malam Hari)Makkiyah111
18.Al-Kahfi (Goa)Makkiyah110
19.Maryam (Maryam)Makkiyah98
20.Thaahaa (Thaa Haa)Makkiyah135
21.Al-Anbiyaa (Nabi-nabi)Makkiyah112
22.Al-Hajj (Haji)Madaniyyah78
23.Al-Mu'minuun (Orang-orang yang Beriman)Makkiyah118
24.An-Nuur (Cahaya)Madaniyyah64
25.Al-Furqaan (Pembeda)Makkiyah77
26.Asy-Syu'araa (Para Penyair)Makkiyah227
27.An-Naml (Semut)Makkiyah93
28.Al-Qashash (Kisah-kisah)Makkiyah88
29.Al-'Ankabuut (Laba-laba)Makkiyah69
30.Ar-Ruum (Bangsa Romawi)Makkiyah60
31.Luqman (Luqman)Makkiyah34
32.As-Sajdah (Sujud)Makkiyah30
33.Al-Ahzab (Golongan yang Bersekutu)Madaniyyah73
34.Saba' (Kaum Saba')Makkiyah54
35.Faathir (Pencipta)Makkiyah45
36.Yaa Siin (Yaa Siin)Makkiyah83
37.Ash-Shaaffat (Yang bershaf-shaf)Makkiyah182
38.Shaad (Shaad)Makkiyah88
39.Az-Zumar (Rombongan-rombongan)Makkiyah75
40.Al-Mu'min (Orang yang Beriman)Makkiyah85
41.Fushshilat ((Kitab) yang dijelaskan)Makkiyah54
42.Asy-Syuura (Musyawarah)Makkiyah53
43.Az-Zukhruf (Perhiasan)Makkiyah89
44.Ad-Dukhaan (Kabut)Makkiyah59
45.Al-Jaatsiyah (Yang Berlutut)Makkiyah37
46.Al-Ahqaaf (Bukit-bukit Pasir)Makkiyah35
47.Muhammad (Nabi Muhammad S.A.W.)Madaniyyah38
48.Al-Fat-h (Kemenangan)Madaniyyah29
49.Al-Hujuraat (Kamar-kamar)Madaniyyah18
50.Qaaf (Qaaf)Makkiyah45
51.Adz-Dzaariyat (Angin yang Menerbangkan)Makkiyah60
52.Ath-Thuur (Bukit)Makkiyah49
53.An-Najm (Bintang)Makkiyah62
54.Al-Qamar (Bulan)Makkiyah55
55.Ar-Rahmaan (Yang Maha Pemurah)Madaniyyah78
56.Al-Waaqi'ah (Hari Kiamat)Makkiyah96
57.Al-Hadiid (Besi)Madaniyyah29
58.Al-Mujaadilah (Wanita yang Mengajukan Gugatan)Madaniyyah22
59.Al-Hasyr (Pengusiran)Madaniyyah24
60.Al-Mumtahanah (Perempuan yang Diuji)Madaniyyah13
61.Ash-Shaff (Barisan)Madaniyyah14
62.Al-Jumuah (Hari Jum'at)Madaniyyah11
63.Al-Munaafiqun (Orang-orang Munafik)Madaniyyah11
64.At-Taghaabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-kesalahan)Madaniyyah18
65.Ath-Thalaaq (Talak)Madaniyyah12
66.At-Tahriim (Mengharamkan)Madaniyyah12
67.Al-Mulk (Kerajaan)Makkiyah30
68.Al-Qalam (Kalam (Pena))Makkiyah52
69.Al-Haaqqah (Hari Kiamat)Makkiyah52
70.Al-Ma'aarij (Tempat-tempat Naik)Makkiyah44
71.Nuh (Nabi Nuh)Makkiyah28
72.Al-Jin (Jin)Makkiyah28
73.Al-Muzzammil (Orang yang Berselimut)Makkiyah20
74.Al-Muddatstsir (Orang yang Berkemul)Makkiyah56
75.Al-Qiyaamah (Hari Kiamat)Makkiyah40
76.Al-Insaan (Manusia)Madaniyyah31
77.Al-Mursalaat (Malaikat yang Diutus)Makkiyah50
78.An-Naba' (Berita Besar)Makkiyah40
79.An-Naazi'aat (Malaikat-malaikat yang Mencabut (Nyawa))Makkiyah46
80.'Abasa (Ia Bermuka Masam)Makkiyah42
81.At-Takwiir (Menggulung)Makkiyah29
82.Al-Infithaar (Terbelah)Makkiyah19
83.Al-Muthaffif (Orang-orang yang Curang)Makkiyah36
84.Al-Insyiqaaq (Terbelah)Makkiyah25
85.Al-Buruuj (Gugusan Bintang)Makkiyah22
86.Ath-Thaariq (Yang Datang di Malam Hari)Makkiyah17
87.Al-A'laa (Yang Paling Tinggi)Makkiyah19
88.Al-Ghaasyiyah (Hari Pembalasan)Makkiyah26
89.Al-Fajr (Fajar)Makkiyah30
90.Al-Balad (Negeri)Makkiyah20
91.Asy-Syams (Matahari)Makkiyah15
92.Al-Lail (Malam)Makkiyah21
93.Adh-Dhuhaa (Waktu Matahari Sepenggalah Naik)Makkiyah11
94.Alam Nasyrah (Melapangkan)Makkiyah8
95.At-Tiin (Buah Tin)Makkiyah8
96.Al-'Alaq (Segumpal Darah)Makkiyah19
97.Al-Qadr (Kemuliaan)Makkiyah5
98.Al-Bayyinah (Bukti)Madaniyyah8
99.Az-Zalzalah (Kegoncangan)Madaniyyah8
100.Al-'Aadiyaat (Kuda Perang)Makkiyah11
101.Al-Qaari'ah (Hari Kiamat)Makkiyah11
102.At-Takaatsur (Bermewah-mewahan)Makkiyah8
103.Al-'Ashr (Masa)Makkiyah3
104.Al-Humazah (Pengumpat)Makkiyah9
105.Al-Fiil (Gajah)Makkiyah5
106.Quraisy (Suku Quraisy)Makkiyah4
107.Al-Maa'uun (Barang-barang yang Berguna)Makkiyah7
108.Al-Kautsar (Nikmat yang Banyak)Makkiyah3
109.Al-Kaafiruun (Orang-orang Kafir)Makkiyah6
110.An-Nashr (Pertolongan)Madaniyyah3
111.Al-Lahab (Gejolak Api)Makkiyah5
112.Al-Ikhlash (Memurnikan Ke-esaan Allah)Makkiyah4
113.Al-Falaq (Waktu Subuh)Makkiyah5
114.An-Naas (Manusia)Makkiyah6