Slogan

Pro :

Nusantara Jaya

Nusantara Jaya

Kamis, 30 September 2010

Sketsa Budaya


Budaya Petani dan Pedagang, Budaya Kritik, dan Budaya Bhinneka Tunggal Ika

Budaya Petani dan Pedagang, Budaya Kritik, dan Budaya Bhinneka Tunggal IkaOleh: HENDARMIN RANADIREKSA
ERA GLOBALISASI adalah era persaingan antar bangsa, persaingan SDM yang berarti persainganbudaya. Hanya budaya kuat yang akan memenangi persaingan. Meminjam keterangan seorang pengamat sosial, politik dan budaya Jepang, S. Nakajima, bahwa sejarah perjuangan hidup umat manusia hanya akan bermuara pada dua latar belakang budaya, budaya petani (bertani, berternak dan menangkap ikan sebagai nelayan) dan budayapedagang. Jepang, secara sadar mentransformasi budaya petani ke dalam budaya industri. Dan budaya itu pula yang menjiwai budaya industrinya. Apa dan bagaimana “budaya petani” dan “budaya pedagang” dapat tergambar dalam kisah sederhana dibawah ini:

1. Budaya Petani (termasuk Peternak dan Nelayan) dan Budaya Pedagang

Si Dadap dan Si Waru hidup dari berjualan telur itik piaraannya. Pada suatu hari datang Si Polan yang, karena tertarik oleh kualitas telur itik Si Dadap, menyampaikan tawaran menggiurkan. Si Polan ingin membeli itik Si Dadap dan berencana menjual telur itik yang bagus tersebut, dengan harga lebih tinggi, sebagai usahanya. Si Dadap menolak tawaran si Polan. Bagi Si Dadap, ia berjualan telur itik bukan berjualan itik. Baginya itik sudah merupakan bagian dari hidupnya. Ia biasa bercakap-cakap dengan itiknya setiap pagi ketika memberi pakan, mengambil telur, dan saat si itik pulang kandang. Si Dadap mencintai itik peliharaannya. Si Dadap mencintai pekerjaannya.
Si Polan yang gagal membeli itik Si Dadap melirik ke Si Waru yang kualitas telur itiknya tidak kalah dengan Si Dadap. Tawaran yang sama disampaikan pada Si Waru. Berbeda dengan Si Dadap, Si Waru menghitung ‘enteng’. Ia telah memiliki perhitungan berapa ongkos yang telah dikeluarkan untuk memelihara itiknya. Si Waru berpikir ‘ekonomis’, membuat kalkulasi, menghitung profit. Terjadilah jual beli itik antara Si Waru dan Si Polan.
Dari hasil penjualan itik, Si Waru membeli bibit itik baru dan dari kelebihannya Si Waru juga membeli tomat. Si Waru kemudian berjualan telur itik dan berjualan tomat. Dalam perjalanan waktu Si Waru menjadi kaya raya. Masyarakat mengenal Si Waru sebagai pengusaha bermacam-macam jenis usaha. Bahkan Si Waru telah meninggalkan bisnis telur itik karena kualitas dan harganya kini tidak lagi bisa bersaing dengan telur itik Si Dadap.
Kembali kepada Si Dadap yang begitu cinta pada itiknya. Si Dadap yang tekun memelihara itik-itiknya lambat laun mengenal banyak hal tentang itik. Mulai dari pakan yang bagaiman yang disukai itik, pakan yang menyebabkan itik bertelur lebih banyak, penyakit apa yang biasa menyerang, obat-obat apa yang paling cocok, bulan-bulan apa itik kurang berproduksi dan lain-lain. Si Dadap rajin mencatat dan mengevaluasi. Dengan perkataan lain Si Dadap sangat menguasai dunia ‘peritikan’. Si Dadap menjadi pengusaha sukses dari hasil menjual telur itik.
Si Dadap dan Si Waru adalah pencerminan dua karakter berbeda yang dilandasi oleh latar belakang budayayang berbeda pula. Si Dadap dilatarbelakangi oleh budaya tani, setia pada bidang yang digeluti dan setia pada proses (berorientasi pada proses). Si Dadap tidak pernah berpikir mengalihkan usaha walau pernah terjadi penyakit sampar yang menyerang itik-itiknya. Dari sisi pandang tertentu Si Dadap bisa dinilai statis atau berfikir sempit. Namun satu hal adalah pasti bahwa hanya dari kultur dan karakter seperti Si Dadap-lah yang bisa melahirkan budaya yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam arti yang substansial. Menghargai R & D bahkan lebih dari itu merasa perlu adanya R & D hanya bisa tumbuh subur apabila masyarakat memiliki mental ‘Si Dadap’.
Si Waru adalah pencerminan dari kultur pedagang. Berpikir cepat, dinamis, ingin cepat meraih sukses, rajin mencari peluang, dan berani mengambil resiko. Grafik kehidupan budaya pedagang umumnya fluktuatif. Kiat keberhasilan pengusaha pedagang umumnya sulit bisa ditiru karena kondisi dan situasi yang tidak mungkin sama. Kiat keberhasilan hanya bisa memberi inspirasi.
Keberanian mengambil risiko mental pedagang atau mental wiraswasta sejatinya adalah mental spekulasi yang berakar pada budaya judi. Dinamika masyarakat dinamika bangsa sangat diwarnai oleh dinamika swasta. Amerika Serikat dengan heterogenitas bangsanya memupuk 2-budaya sekaligus, memupuk budayaIPTEK yang berakar pada budaya tani dan juga memupuk dengan sadar mental kultur berani mengambil resiko antara lain dengan penghargaan pada kultur judi.
Film-film Hollywood, tidak lepas dari fungsinya sebagai sarana pendidikan untuk bangsanya dan secara konsisten menggambarkan keberpihakan pada dua latar belakang budaya, budaya petani dan budayapedagang. Film Hollywood selalu berpihak pada petani atau peternak, sebagai figur baik dan lugu, yang tanah miliknya ‘diakali’ pengusaha pengembang/real estat/investor industri yang, selalu digambarkan sebagai figur licik rakus dan jahat; Hollywood juga menggambarkan kejantanan cowboy dan/atau jagoan ala James Bond juga dari keberaniannya berjudi. Judi adalah ukuran sekaligus lambang kejantanan, dengan ‘dingin’ berani mengambil risiko.
Bangsa Indonesia perlu mengembangkan dua kultur budaya tersebut, yakni budaya tani yang setia pada bidang yang digeluti, yang pada gilirannya mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan budayadagang, berani mengambil resiko tanpa harus terjebak pada negatifnya kultur judi. Dua kultur budaya melalui manajemen yang baik akan, atau bahkan harus, menghasilkan sinergi bangsa.
2. Budaya Intelektual adalah Budaya Kritik
Manusia adalah ”hewan yang bertanya”, demikian kata Satre, seakan melengkapi “saya berfikir karena itu saya ada” (cogito ergo sum), pandangan Rene Descartes. Dari pernyataan itu jelas apa yang membedakan manusia dengan hewan dan/atau dengan makhluk lainnya. Bertanya adalah berpikir. Budaya intelektual –dapat juga dikatakan budaya IPTEK– adalah budaya berpikir, bertanya adalah bagian dari berpikir kritis.Budaya kritis akan melahirkan budaya kritik. Produk-produk kualitas tinggi dan memiliki daya saing tinggi yang menguasai pasaran dunia adalah produk yang lahir dari negara yang memupuk budaya kritik yang hanya dapat tumbuh berkembang dalam sebuah negara yang menghargai demokrasi.
Produk-produk negara yang tidak memelihara budaya kritik, yang tidak menghargai demokrasi, yang tidak biasa dengan perbedaan pendapat (ketika komunis masih berkuasa), terbukti kalah bersaing di pasar internasional. Jajarkanlah mobil Volga, Moskovitch buatan Uni Soviet, Skoda buatan Ceko, Robur buatan Rumania, Icarus buatan Hongaria dengan mobil Chevrolet, Ford, Peugeot, Citroen, Fiat, Honda, Toyota dan lain-lain. Betapa aneh, bahkan terkesan ‘dungu’, model yang ditampilkan oleh negara yang tidak memupuk budaya kritik. Runtuhnya komunisme di Uni Soviet dan Eropa Timur antara lain karena gagal menempatkan produk-produknya bersaing di pasar internasional. Hal yang mengakibatkan, dalam jangka panjang, mereka kekurangan dan kehabisan devisa.
Kiranya mudah dipahami, kritik adalah proses untuk memperoleh kualitas tinggi. Kualitas tinggi adalah syarat agar produk bisa bersaing. Pasar internasional, dalam era globalisasi, adalah pasar yang kejam. Hanya produk berkualitas tinggi dengan harga murah yang mampu bertarung. Efisiensi, produktifitas, kreatifitas akan tumbuh berkembang dalam budaya intelektual yang secara sadar memelihara budaya kritik.
3. Budaya Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika artinya keanekaragaman dalam kesatuan atau dalam bahasa lebih puitis ‘mozaik dalam harmoni’. Dunia menghargai bahkan mengagumi keanekaragaman budaya Indonesia. Keanekaragaman adalah kekuatan budaya Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika terpampang jelas tercengkram kokoh oleh kaki-kaki garuda, Garuda Pancasila, lambang negara. Keragaman adalah keniscayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keragaman adalah keindahan. Bangsa Indonesia mengenal “Sumpah Pemuda” yang lahir dari kesadaran atas adanya keragaman.
Penyeragaman budaya telah terbukti, sia-sia. Penyeragaman gagal bukan hanya karena mengingkari kebhinnekaan, lebih dari itu, ia gagal karena telah mengingkari kodrat kemanusiaan. Kesadaran bersama akan pentingnya keragaman, kesadaran bersama dan terbiasa menerima ide baru, kesadaran dan kebiasaan (budaya) membahas sesuatu dalam keragaman sudut pandang dan latar belakang budaya akan mengokohkan fondasi budaya bangsa terlebih-lebih dalam upaya mengatasi gejala desintegrasi yang mulai marak sebagai bagian dari krisis multi-dimensi.
(Disarikan dari: Hendarmin Ranadireksa, Visi Bangsa. GUDANG PANGAN, TUJUAN WISATA, PARU-PARU DINIA, Permata Artistika – 2000, h. 129 – 134)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAFSIR AL-QUR'AN

O.SurahMakkiyah / MadaniyahJumlah AyatRecitation
1.Al-Fatihah (Pembukaan)Makkiyah7
2.Al-Baqarah (Sapi Betina)Madaniyyah286
3.Ali Imran (Keluarga 'Imran)Madaniyyah200
4.An-Nisaa (Wanita)Madaniyyah176
5.Al-Maidah (Hidangan)Madaniyyah120
6.Al-An'am (Binatang Ternak)Makkiyah165
7.Al-A'raf (Tempat Tertinggi)Makkiyah206
8.Al-Anfaal (Rampasan Perang)Madaniyyah75
9.At-Taubah (Pengampunan)Madaniyyah129
10.Yunus (Yunus)Makkiyah109
11.Huud (Hud)Makkiyah123
12.Yusuf (Yusuf)Makkiyah111
13.Ar-Ra'd (Petir)Madaniyyah43
14.Ibrahim (Ibrahim)Makkiyah52
15.Al-Hijr (Al Hijr)Makkiyah99
16.An-Nahl (Lebah)Makkiyah128
17.Al-Israa' (Memperjalankan di Malam Hari)Makkiyah111
18.Al-Kahfi (Goa)Makkiyah110
19.Maryam (Maryam)Makkiyah98
20.Thaahaa (Thaa Haa)Makkiyah135
21.Al-Anbiyaa (Nabi-nabi)Makkiyah112
22.Al-Hajj (Haji)Madaniyyah78
23.Al-Mu'minuun (Orang-orang yang Beriman)Makkiyah118
24.An-Nuur (Cahaya)Madaniyyah64
25.Al-Furqaan (Pembeda)Makkiyah77
26.Asy-Syu'araa (Para Penyair)Makkiyah227
27.An-Naml (Semut)Makkiyah93
28.Al-Qashash (Kisah-kisah)Makkiyah88
29.Al-'Ankabuut (Laba-laba)Makkiyah69
30.Ar-Ruum (Bangsa Romawi)Makkiyah60
31.Luqman (Luqman)Makkiyah34
32.As-Sajdah (Sujud)Makkiyah30
33.Al-Ahzab (Golongan yang Bersekutu)Madaniyyah73
34.Saba' (Kaum Saba')Makkiyah54
35.Faathir (Pencipta)Makkiyah45
36.Yaa Siin (Yaa Siin)Makkiyah83
37.Ash-Shaaffat (Yang bershaf-shaf)Makkiyah182
38.Shaad (Shaad)Makkiyah88
39.Az-Zumar (Rombongan-rombongan)Makkiyah75
40.Al-Mu'min (Orang yang Beriman)Makkiyah85
41.Fushshilat ((Kitab) yang dijelaskan)Makkiyah54
42.Asy-Syuura (Musyawarah)Makkiyah53
43.Az-Zukhruf (Perhiasan)Makkiyah89
44.Ad-Dukhaan (Kabut)Makkiyah59
45.Al-Jaatsiyah (Yang Berlutut)Makkiyah37
46.Al-Ahqaaf (Bukit-bukit Pasir)Makkiyah35
47.Muhammad (Nabi Muhammad S.A.W.)Madaniyyah38
48.Al-Fat-h (Kemenangan)Madaniyyah29
49.Al-Hujuraat (Kamar-kamar)Madaniyyah18
50.Qaaf (Qaaf)Makkiyah45
51.Adz-Dzaariyat (Angin yang Menerbangkan)Makkiyah60
52.Ath-Thuur (Bukit)Makkiyah49
53.An-Najm (Bintang)Makkiyah62
54.Al-Qamar (Bulan)Makkiyah55
55.Ar-Rahmaan (Yang Maha Pemurah)Madaniyyah78
56.Al-Waaqi'ah (Hari Kiamat)Makkiyah96
57.Al-Hadiid (Besi)Madaniyyah29
58.Al-Mujaadilah (Wanita yang Mengajukan Gugatan)Madaniyyah22
59.Al-Hasyr (Pengusiran)Madaniyyah24
60.Al-Mumtahanah (Perempuan yang Diuji)Madaniyyah13
61.Ash-Shaff (Barisan)Madaniyyah14
62.Al-Jumuah (Hari Jum'at)Madaniyyah11
63.Al-Munaafiqun (Orang-orang Munafik)Madaniyyah11
64.At-Taghaabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-kesalahan)Madaniyyah18
65.Ath-Thalaaq (Talak)Madaniyyah12
66.At-Tahriim (Mengharamkan)Madaniyyah12
67.Al-Mulk (Kerajaan)Makkiyah30
68.Al-Qalam (Kalam (Pena))Makkiyah52
69.Al-Haaqqah (Hari Kiamat)Makkiyah52
70.Al-Ma'aarij (Tempat-tempat Naik)Makkiyah44
71.Nuh (Nabi Nuh)Makkiyah28
72.Al-Jin (Jin)Makkiyah28
73.Al-Muzzammil (Orang yang Berselimut)Makkiyah20
74.Al-Muddatstsir (Orang yang Berkemul)Makkiyah56
75.Al-Qiyaamah (Hari Kiamat)Makkiyah40
76.Al-Insaan (Manusia)Madaniyyah31
77.Al-Mursalaat (Malaikat yang Diutus)Makkiyah50
78.An-Naba' (Berita Besar)Makkiyah40
79.An-Naazi'aat (Malaikat-malaikat yang Mencabut (Nyawa))Makkiyah46
80.'Abasa (Ia Bermuka Masam)Makkiyah42
81.At-Takwiir (Menggulung)Makkiyah29
82.Al-Infithaar (Terbelah)Makkiyah19
83.Al-Muthaffif (Orang-orang yang Curang)Makkiyah36
84.Al-Insyiqaaq (Terbelah)Makkiyah25
85.Al-Buruuj (Gugusan Bintang)Makkiyah22
86.Ath-Thaariq (Yang Datang di Malam Hari)Makkiyah17
87.Al-A'laa (Yang Paling Tinggi)Makkiyah19
88.Al-Ghaasyiyah (Hari Pembalasan)Makkiyah26
89.Al-Fajr (Fajar)Makkiyah30
90.Al-Balad (Negeri)Makkiyah20
91.Asy-Syams (Matahari)Makkiyah15
92.Al-Lail (Malam)Makkiyah21
93.Adh-Dhuhaa (Waktu Matahari Sepenggalah Naik)Makkiyah11
94.Alam Nasyrah (Melapangkan)Makkiyah8
95.At-Tiin (Buah Tin)Makkiyah8
96.Al-'Alaq (Segumpal Darah)Makkiyah19
97.Al-Qadr (Kemuliaan)Makkiyah5
98.Al-Bayyinah (Bukti)Madaniyyah8
99.Az-Zalzalah (Kegoncangan)Madaniyyah8
100.Al-'Aadiyaat (Kuda Perang)Makkiyah11
101.Al-Qaari'ah (Hari Kiamat)Makkiyah11
102.At-Takaatsur (Bermewah-mewahan)Makkiyah8
103.Al-'Ashr (Masa)Makkiyah3
104.Al-Humazah (Pengumpat)Makkiyah9
105.Al-Fiil (Gajah)Makkiyah5
106.Quraisy (Suku Quraisy)Makkiyah4
107.Al-Maa'uun (Barang-barang yang Berguna)Makkiyah7
108.Al-Kautsar (Nikmat yang Banyak)Makkiyah3
109.Al-Kaafiruun (Orang-orang Kafir)Makkiyah6
110.An-Nashr (Pertolongan)Madaniyyah3
111.Al-Lahab (Gejolak Api)Makkiyah5
112.Al-Ikhlash (Memurnikan Ke-esaan Allah)Makkiyah4
113.Al-Falaq (Waktu Subuh)Makkiyah5
114.An-Naas (Manusia)Makkiyah6